e mërkurë, 13 shkurt 2008

Kegagalan Pertama (Kotagede, 13-02-2008)

Wah2.... kalau yang ini diceritain rasanya mengenaskan. Soalnya dengan persiapan yang mantap dan beberapa orang yang berpartisipasi dalam acara Bombin kali ini. Dan kegagalan yang terjadi, rasanya sayang banget...
Jadi begini ceritanya.... aku dan teman-temanku yang memiliki team bernama FAT, memulai aktivitas malam itu dengan berkumpul di-depan JEC. Sambil menunggu teman-teman dari crew yang laen dateng.. kamipun ngobrol-ngobrol kesana kemari. Dan,akhirnya teman-teman dari TAi Crew pun datang. Dan dengan sedikit perkenalan, kami langsung meluncur menuju spot yang ada di daerah Kotagede. Setelah sampe disitu kami langsung menuangkan cat ke-dalam bak. Dan,,,,,,, mengecat tembok untuk dijadikan background pun dimulai. Awalnya sih lancar-lancar saja. Setelah tembok sudah hitam semua dan siap untuk digambar, datanglah masalah. Beberapa warga kampung mendatangi kami. Ada yang memasang tampang ingin tahu, ada yang pasang sok sangar padahal mukanya "kembak-kembik". Karena kami merasa ada yang tidak beres, maka kami langsung mendatangi para warga yang notabene sudah diatas 20-tahunan. Setelah berbincang-bincang, ternyata mereka mengira kami akan tawuran dengan warga sekitar.
Karena kami tidak memiliki niatan seperti itu, dan kami hanya ingin meng-ekspresikan seni kami. Kamipun terbuka dengan para warga, bahwa kami hanya ingin menggambar,dengan harapan warga menyetujui karena tembok yang sebelumnya sangat kotor penuh dengan coretan akan kami buat menjadi tembok yang memiliki nilai estetika sehingga orang yang akan merusak-nya pun akan berpikir ulang. Tetapi ternyata harapan meleset. Walaupun niatnya baik tetapi para warga tidak setuju kalau kami hanya main langsung gambar. "Harus ijin dulu!!!" itulah kata-kata yang sering disebut alam pembicaraan. yah.... memang kadang bertindak benar tidak sama dengan hal yang benar.
Jadi.... karena kami menghormati para warga dan kami tidak ingin berakhir dengan permusuhan. kami terima mengalah. Dan kami akan berusaha ijin dengan yang punya rumah. Untung saja ada salah seorang warga yang mendukung kami. sepertinya dia mengerti tentang graffiti. dan mendukung aksi kami menggambar, Daripada tembok menjadi bulan-bulanan para orang yang suka pylox sana-sini. yah...... begitulah malam itu. segala sesuatu yang dipersiapkan rasanya menjadi percuma.Karena kami pulang tidak dengan rasa puas.
Tapi itulah street art. Kadang kita harus melawan stigma masyarakat yang terlanjur mengecap grafffiti sebagai aksi Vandalisme. Semoga kelak masyarakat Indonesia khususnya Yogyakarta lebih terbuka dan menerima kehadiran graffiti sebagai aksi memperindah kota. Karena memang disitulah letak tujuan dari graffiti. Selain mengukuhkan eksistensi para bomber, juga untuk menghilangkan kejenuhan dari pemandangan kota yang monoton.

Nuk ka komente: