e diel, 2 mars 2008

Hutan Lindung Diijinkan Untuk dirusak

Benar-benar keterlaluan. Apabila berita ini memang benar. Karena kenapa?... Hutan lindung diijinkan untuk dirusak. Dan untuk apa?.. Untuk keperluan pertambangan. dan untuk itu hanya dikenakan harga per-meternya lebih murah daripada pisang goreng. Yaitu Rp.300/m bayangkan.... Hutan Lindung yang menjadi pelindung, resapan air, penjaga keseimbangan ekosistem hanya dihargai seperti itu?....

e premte, 29 shkurt 2008

Meninggalnya Gito Rollies


Innalillahi wa inaillaihi roji'un. Itulah kata yang pertama terucap ketika mendengar kabar dari sebuah Infotainment. H.Gito Rollies telah berpulang kepada sang Penguasa Alam Semesta ini. Beliau yang semasa hidupnya ini terkenal sebagai seorang Rocker, vokalis dar Group The Rollies yang terkenal di era 80-an meninggal hari Kamis, tepat setelah Maghrib. Beliau adalah panutan banyak orang. Apalagi kisah hidupnya yang berubah 180 derajat, menjadi seorang pendakwah karena hidayah sang Illahi ini bayak meng-inspirasi setiap orang untuk senantiasa melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Saya pernah menyaksikan wawancara beliau di televisi. Ia pertama kali risau akan dirinya adalah saat ia ingin pergi mencari kesenangan, kala itu ia rencanakan di puncak. Tapi ia melihat banyak orang pergi ke masjid karena kebetulan saat itu adalah hari Jumat. Ia berpikir "kenapa orang banyak berduyun-duyun untuk pergi ke masjid?",Pastilah disana ada kebahagiaan.pikirnya. Saat itulah ia mengaku menjadi sangat risau, yang akhirnya risau itu menumpuk dan terseliplah sebuah niat untuk berubah.

Nonton Film Ayat-ayat Cinta

Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Yoi bro..... Film dari Novel terlaris. "Ayat-ayat Cinta". Kemaren baru aja aku nonton filmnya. Bagus banget lho.... walaupunpengambilan gambarnya dilakukan di India. Tapi mas Hanung ga kehabisan ide buat gimana caranya tetep bersetting mesir. Ya... salah satunya dengan mendatangkan Unta(Baca Dibalik layar ayat-ayat cinta). Tapi diluar dari segala halangan dan mundurnya jadwal Launching. Film ini patut diacungin jempol, Karena para audience dibuat tersihir oleh alur yang dikemas oleh Mas Hanung. Tapi.... kok bagian awalnya cepet banget ya?..... masa Noura ketemu Bapaknya dalam hitungan Detik.memang sih, banyak banget bagian dari Novel yang ga dipakai and bahkan di-ganti dengan adegan laen. Seperti ending setelah persidangan. Di ovel diceritakan, setelah persidangan Maria, Fahri dan Aisha kembali kerumah sakit. Tetapi disini Mas Hanung berspekulasi dengan mengubah alurnnya walaupun endingnya tetep si Maria yang cantik itu meninggal. Tapi bagaimanapun juga. Ini film bagus banget. Oiya selain nonton di bioskop aku juga punya VCD-nya lho. kan ga puas kalo nonton sekali. apalagi VCD-nya ada bagian yang ga ditayangin di bioskop.hhhihihihihihi..................

e shtunë, 16 shkurt 2008

Laskar Pelangi


Ini kisah nyata tentang sepuluh anak kampung di Pulau Belitong, Sumatera. Mereka bersekolah di sebuah SD yang bangunannya nyaris rubuh dan kalau malam jadi kandang ternak. sekolah itu nyaris ditutup karena muridnya tidak sampai sepuluh sebagai persyaratan minimal. Pada
hari pendaftaran murid baru, kepala sekolah dan ibu guru satu-satunya yang mengajar di SD itu tegang. Sebab sampai siang jumlah murid baru sembilan. Kepala sekolah bahkan sudah menyiapkan naskah pidato penutupan SD tersebut. Namun pada saat kritis, seorang ibu mendaftarkan anaknya yang mengalami keterbelakangan mental. "Mohon agar anak saya
bisa diterima. Sebab Sekolah Luar Biasa hanya ada di Bangka," mohon sang ibu. Semua gembira. Harun, nama anak itu, menyelamatkan SD tersebut. Sekolah pun tak jadi ditutup walau sepanjang beroperasi muridnya cuma sebelas.

Kisah luar biasa tentang anak-anak Pulau Belitong itu diangkat dalam novel dengan judul''Laskar Pelangi'' oleh Andrea Hirata, salah satu dari sepuluh anak itu. Di buku tersebut Andrea mengangkat cerita bagaimana semangat anak-anak kampung miskin itu belajar dalam segala keterbatasan. Mereka bersekolah tanpa alas kaki, baju tanpa kancing, atap sekolah yang bocor jika hujan, dan papan tulis yang berlubang hingga terpaksa ditambal dengan poster Rhoma Irama. Kisah yang tadinya bukan untuk diterbitkan itu ternyata mampu menginspirasi banyak orang. Seorang ibu di Bandung, misalnya, mengirim surat ke Kick Andy. Isinya minta agar kisah tersebut diangkat di Kick Andy karena anaknya yang membaca buku Laskar Pelangi kini bertobat dan keluar dari jerat narkoba. "Setiap malam saya mendengar suara tangis dari kamar Niko anak saya. Setelah saya intip, dia sedang membaca sebuah novel. Setelah itu, Niko berubah. Dia jadi semangat untuk ikut rehabilitasi. Kini Niko berhasil berhenti sebagai pecandu narkoba setelah membaca buku Laskar Pelangi," ungkap Windarti Kosasih, sang ibu.
Sementara Sisca yang hadir di Kick Andy mengaku setelah membaca novel itu, terdorong untuk memperbaiki hubungannya

dengan sang ayah yang selama ini rusak. Begitu juga Febi, salah satu pembaca, langsungterinspirasi untuk membantu menyumbangkan buku untuk sekolah-sekolah miskin di beberapa tempat. "Saya kagum karena anak-anak yang diceritakan di buku itu penuh semangat walau fasilitas di sekolah itu jauh dari memadai," ujar Febi yang juga datang ke Kick Andy untuk
bersaksi. Andrea sendiri mengaku novel itu awalnya hanya merupakan catatan kenangannya terhadap masa kecilnya di Belitong. Dia selalu teringat sahabat-sahabatnya di masa kecil, terutama Lintang. Sebab tokoh Lintang merupakan murid yang cerdas dan penuh semangat
walau hidup dalam kemiskinan. Setiap hari Lintang harus mengayuh sepeda tua yang saering putus rantainya ke sekolah. Pulang pergi sejauh 80 km. Bahkan harus melewati sungai yang banyak buayanya. (Sumber : http://id.shvoong.com/books/1684745-laskar-pelangi/)

ALLAH itu baik

Tulisan ini aku buat karena aku baru saja memperoleh kebaikan dari sang Penciptaku. bener2 wow deh pokoknya. Mungkin bagi kalian yang membaca artikel ini menganggap itu hanya hal biasa. Tapi entah kenapa bagi gue, ini adalah hal yang hebat. Jadi ceritanya gini.... Setelah mendengar ceramah salah Ustadz di televisi yang membicarakan tentang "Sedekah mendatangkan Rezeki". aku jadi tertarik untuk melakukannya. Walaupun dengan harapan memperoleh Rezeki tersebut.Hahahha... tapi mau bagaimana lagi, kapasitasku sebagai seorang hambanya masih dalam tingkatan seperti itu. Waktu itu hari Jumat. Dan sebagai seorang muslim diwajibkan sholat Jumat. Dan sholat Jumat lah aku di Masjid. saat mendengarkan khutbah, aku tunggu kotak infaq tidak lewat didepanku. "Ya sudahlah.... ntar aja" pikirku. Setelah sholat Jumat selesai aku melihat Kotak infaq tersebuat tergeletak di sudut masjid. Langsung saja aku mengeluarkan dompetku dan membukanya, Lalu aku berpikir...."Ada 1 Lembar 50rb, 2 lembar 20rb, 1 lembar 10rb dan berlembar-lembar seribuan".Aku berpikir..."enaknya masukin yang mana?", Untuk memasukkan uang 10rb, hatiku masih agak berat. Lalu aku putuskan daripada tidak Ikhlas lebih baik memasukkan yang bernominal kecil. Lalu aku memasukkan uang seribuan. Dengan harapan memeperoleh balasan dari sang Khalik. Dan.... saat sore hari, ada saudaraku yang datang setelah pulang dari kantor. Dia ingin meminjam HP-ku untuk mege-cek apakah di kartunya ada SMS. Karena HP-nya baru saja kecopetan. Dan setelah selesai meminjam HP-ku, dia mengeluarkan uang 20rb. Dan menyodorkan uang tersebuat kepadaku. Ia bilang "Untuk Upah Pinjem HP!!". Aku langsung kaget. Wow.... betapa cepatnya janjimu terwujud Ya Robbi. Saat itu juga aku jadi malu, kalau teringat saat aku berpikir untuk memasukkan uang untuk berinfak. Ya, begitulah manusia....... kenapa kemaren aku tidak memasukkan uang 50rb ya?.... kalau seribu aja jadi 20rb berarti kan 20x lipat. kalau 50rb bisa dapet........ 1juta neh. Hahahahha....... -Thank You ALLAH-

Buku Murah


Hore.... akhirnya ada juga hal yang membanggakan yang dilakukan oleh pemerintah kita ini. Karen adalam waktu dekat ini, Pemerintah akan mengeluarkan atau lebih tepatnya akan melaksanakan program "Buku Murah". Dan Buku Murah disini bukanlah Buku yang istilahnya berkualitas kacangan, seperti Beras Miskin yang juga dicanangkan oleh Pemerintah. Buku Murah disini adalah program Pemerintah untuk menekan harga buku yang beredar di pasaran saat ini, menjadi lebih murah sehingga masyarakat khususnya kaum pelajar, Dapat menikmati dan meng-konsumsi buku dengan harga yang terjangkau tetapi dengan kualitas yang sama. Kenapa Bukunya bisa murah?...
Jawabnya adalah karena Pemerintah membeli Hak Paten dari sang penulis buku tersebut. Sehingga Pemerintah secara leluasa bisa menerbitkan dan mendistribusikan buku tersebut. Dan bayangkan..... 1 Hak Cipta bisa dibeli oleh pemerintah dengan harga 180 juta. Jadi kalau kita mempunyai kemampuan untuk menulis buku pelajaran, bisa juga dapaet uang cepet(Kalau Pemerintah berminat).
Program Pemerintah ini pun disambut dengan amat sangat baik oleh Para Orang Tua murid. Karena dapat membantu mereka untuk menyelesaikan pendidikan anak-anak mereka. Dan tentunya juga meringankan beban mereka. Karena dari survei yang dilakukan oleh ICW di beberapa daerah Ibukota di Indonesia, Rata-rata orangtua yang memiliki satu anak yang bersekolah di SD. mengeluarkan uang sekitar 4juta/tahun untuk membiayai anaknya yang bersekolah tersebut. Dan ironisnya 60% dari biaya tersebut lebih banyak tersedot di sektor Buku, Uang Gedung. dan tetek Bengek laennya.
Ada Pro, tentu saja ada Kontra. Dan tanggapan kontra pun datang dari IKAPI(Ikatan Penerbit Indonesia). Mereka beralasan,"Mahalnya harga buku yang terdapat di pasaran saat ini adalah, karena sering bergonta-gantinya kurikulum yang ada". Tetapi, terlepas dari pro-kontra yang ada, kita patut berbangga memiliki orang-orang yang memiliki ide membuat buku murah tersebut, karena bagaimanapun untuk membangun bangsa ini, menjadi lebih maju diperlukan ilmu pengetahuan. Yang sekarang ini termasuk fasilitas elite. Dan dengan program buku murah ini, para kaum menengah kebawah dapat terbantu. Untuk kalian yang duduk di kursi pemerintahan. Salut!!!!!!.......

e mërkurë, 13 shkurt 2008

id.shvoong.com

Akhirnya...... gue temuin website, dimana terdapat buku-buku yang menarik. Walaupun cuma referensinya doank. Tapi website ini cukup membantu. Karena selain lengkap, kebanyakan bukunya berbahasa indonesia. Jadi kalau pengen membaca buku, dan tidak tahu buku mana yang bagus. web ini bisa jadi solusinya, sebelum ke toko buku, mampirlah di web ini. Karena referensinya tidak berbelit-belit dan langsung pada pokok permasalahannya.Tidak seperti Esnips dll. Kebanyakan buku mereka (Esnips dll) adalah buku-buku berbahasa asing. Dan hanya sedikit sekali upload-an yang berbahasa Indonesia. Pokonya thanks banget buat modeator "id.shvoong.com". Lo bener2 gokil udah bikin web kaya gini. Pokoknya mantab dah!!...

Kegagalan Pertama (Kotagede, 13-02-2008)

Wah2.... kalau yang ini diceritain rasanya mengenaskan. Soalnya dengan persiapan yang mantap dan beberapa orang yang berpartisipasi dalam acara Bombin kali ini. Dan kegagalan yang terjadi, rasanya sayang banget...
Jadi begini ceritanya.... aku dan teman-temanku yang memiliki team bernama FAT, memulai aktivitas malam itu dengan berkumpul di-depan JEC. Sambil menunggu teman-teman dari crew yang laen dateng.. kamipun ngobrol-ngobrol kesana kemari. Dan,akhirnya teman-teman dari TAi Crew pun datang. Dan dengan sedikit perkenalan, kami langsung meluncur menuju spot yang ada di daerah Kotagede. Setelah sampe disitu kami langsung menuangkan cat ke-dalam bak. Dan,,,,,,, mengecat tembok untuk dijadikan background pun dimulai. Awalnya sih lancar-lancar saja. Setelah tembok sudah hitam semua dan siap untuk digambar, datanglah masalah. Beberapa warga kampung mendatangi kami. Ada yang memasang tampang ingin tahu, ada yang pasang sok sangar padahal mukanya "kembak-kembik". Karena kami merasa ada yang tidak beres, maka kami langsung mendatangi para warga yang notabene sudah diatas 20-tahunan. Setelah berbincang-bincang, ternyata mereka mengira kami akan tawuran dengan warga sekitar.
Karena kami tidak memiliki niatan seperti itu, dan kami hanya ingin meng-ekspresikan seni kami. Kamipun terbuka dengan para warga, bahwa kami hanya ingin menggambar,dengan harapan warga menyetujui karena tembok yang sebelumnya sangat kotor penuh dengan coretan akan kami buat menjadi tembok yang memiliki nilai estetika sehingga orang yang akan merusak-nya pun akan berpikir ulang. Tetapi ternyata harapan meleset. Walaupun niatnya baik tetapi para warga tidak setuju kalau kami hanya main langsung gambar. "Harus ijin dulu!!!" itulah kata-kata yang sering disebut alam pembicaraan. yah.... memang kadang bertindak benar tidak sama dengan hal yang benar.
Jadi.... karena kami menghormati para warga dan kami tidak ingin berakhir dengan permusuhan. kami terima mengalah. Dan kami akan berusaha ijin dengan yang punya rumah. Untung saja ada salah seorang warga yang mendukung kami. sepertinya dia mengerti tentang graffiti. dan mendukung aksi kami menggambar, Daripada tembok menjadi bulan-bulanan para orang yang suka pylox sana-sini. yah...... begitulah malam itu. segala sesuatu yang dipersiapkan rasanya menjadi percuma.Karena kami pulang tidak dengan rasa puas.
Tapi itulah street art. Kadang kita harus melawan stigma masyarakat yang terlanjur mengecap grafffiti sebagai aksi Vandalisme. Semoga kelak masyarakat Indonesia khususnya Yogyakarta lebih terbuka dan menerima kehadiran graffiti sebagai aksi memperindah kota. Karena memang disitulah letak tujuan dari graffiti. Selain mengukuhkan eksistensi para bomber, juga untuk menghilangkan kejenuhan dari pemandangan kota yang monoton.

e martë, 12 shkurt 2008

Nonton The Ring Two (Versi Barat Juga)


Wah.... kalo yang kedua ini ga begitu serem. Dibandingin ama yang pertama. Tapi ya untuk nge-buat ga berani ke kamar mandi, Film ini kayana berhasil juga. Ternyata yang versi Barat-nya untuk The Ring Two sendiri dikisahkan si Samara anak cewek yang dibunuh Ibu angkatnya sewaktu kecil. Hendak mencari sosok Ibu yang bisa menemani dia. Karena selama dia hidup, orang-orang di sekitar dia. Termasuk Ibu kandungnya sendiri tidak menginginkan keberadaannya. Akhirnya dia memutuskan untuk singgah ke tubuh Aidan (Anak dari Rachel). Karena dia merasa Rachel adalah sosok Ibu buatnya. Karena Rachel-lah yang mengeluarkannya dari sumur(The Ring). Tapi karena rasa keibuan yang kuat yang dimiliki Rachel, maka dia tidak rela untuk menyerahkan tubuh anaknya ke Samara. Dan dengan berbagai perjuangan dan Investigasi kesana-sini, akhirnya dia bisa menemukan cara untuk mencegah Samara menyebarkan terror lewat Video rekaman itu. Yaitu dengan mengikuti kehendak Samara, untuk ikut ke dalam sumur tua itu, tetapi lewat televisi. Dan akhirnya Rachel berhasil memanjat keluar sumur dan menutup sumur tua tersebut. Dan berakhirlah teror Samara. Wah... kalo di Rental-rental VCD ada kaya gtuan pasti penduduk Indonesia dengan sendirinya akan menyusut. Dan RRC akan menemukan solusi untuk mengatasi masalah kepadatan penduduk mereka.Hehehehhehe.... ah, tapi gila aja. Eh tapi kalo kita liatnya pake Hape kira2 mati kagak ya?... ah ngayal aja neh!!!...... Tetapi sepertinya The Ring yang versi Jepang ama yang versi Barat agak berebeda deh. Walaupun penulis naskahnya orang jepang juga.

e hënë, 11 shkurt 2008

Nonton The Ring (Versi Barat)


Wow.... tadi malem gue nonton The Ring yang versi amerika. Hiii.... Serem, Sumpah... ga kalah ama the Ring yang versi Jepang. Tapi bedanya disini...... kalo The Ring yang versi Jepang yang jadi setannya si Saddaco yang dikisahkan sebagai perempuan remaja. Tetapi kalau yang versi Barat bukan Saddaco juga bukan Mak Ijah. Tapi bernama Samara (aneh juga ya?).... tapi si Samara ini bukan gadis remaja, melainkan cewek yang masih anak-anak gtu. Tapi, tempat kemunculannya tetap sama kok. Bukan di kloset lho... tapi tetep di Sumur tua yang angker itu.Ceritanya si Samara dibunuh oleh ibunya. Padahal Ibunya sayang..... banget ama dia. Tetapi karena berkali-kali terjadi halusinasi dan kejadian aneh semenjak Samara tinggal di lingkungan tersebut. Akhirnya sang Ibu pun membunuh anaknya (yang disitu diceritakan bahwa Samara adalah anak angkat). Dengan jalan dimasukkan kedalam sumur dalam keadaan hidup-hidup. wow....... karena memiliki kemampuan yang agak aneh semasa hidupnya, Samara pun terus menggentayangi semua orang yang menonton video tentang dirinya.
Jadi penasaran kaya apa ya?, The Ring Two versi barat-nya. yang rencana bakal diputer di RCTI ntar malem. heheheh..... walaupun itu film udah lama banget, tapi tetep aja asyik juga buat ditonton.

e mërkurë, 6 shkurt 2008

Dalam Mihrab Cinta


novel yang berjudul ''''Dalam
Mihrab Cinta'''' adalah novel Islami karya terbarunya Habiburahman
El-Syirazi--atau Kang Abik--setelah novel sebelumnya ''''Ayat-ayat Cinta,
Pudarnya Pesona Cleopatra, dan Ketika Cinta Bertasbih (1)''''. Adapun
karya lainnya yang berupa kisah-kisah Islami berjudul ''''Ketika Cinta
Berbuah Surga dan Di Atas Sajadah Cinta''''

Novel tersebut terbit sekitar bulan Juni 2007 pada perhelatan Jakarta
Book Fair 2007 di Istora Senayan Jakarta. Pada dasarnya, buku tersebut
bukanlah novel seperti yang digambarkan di Dalam novel-novel
sebelumnya. Melainkan di dalam buku tersebut, menurut Kang Abik,
terdiri dari tiga novelet. Yaitu novel-novel pendek. Ketiga novelet itu
terdiri dari tiga cerita; 1) ''''Takbir Cinta Zahrana''''; 2) ''''Dalam
Mihrab Cinta'''', dan 3) ''''Mahkota Cinta''''.
Meskipun buku itu terdiri dari tiga cerita, namun antara cerita
yang satu dan yang lain mempunyai kesimpulan yang sama pada akhir
cerita. Kesimpulannya itu adalah, penulis, dalam hal ini Kang Abik
sendiri, mengajak kepada para pembaca novelnya untuk senantiasa selalu
bersikap positif thinking, husnudzan, berusaha atau berikhtiar,
sabar,tawakal, dan tentu saja menyerahkan segala urusannya hanya kepada
Allah swt setelah kita melakukan apa yang telah kita upayakan dan kita
harapakan.Lebih dari itu, penulis ingin mengajak para pembacanya untuk
selalu mempunyai harapan dan cita-citanya untuk bisa diwujudkan.
Oleh sebab itu tidak heran jika kemudian di setiap buku atau
karya-karya Kang Abik selalu disematkan di bawah judul besarnya dengan
kalimat ''''Sebuah Novel Pembangun Jiwa''''. Memang benar. Setiap kita
membaca karya-karyanya kita akan selalu diajak dan merasa dimotivasi
olehnya melalui buku-bukunya itu.

Sebagai contoh pada novelet yang berjudul ''''Takbir Cinta
Zahrana'''' misalnya. Dalam cerita ini, penulis , mengisahkan seorang
perempuan cantik yang bernama Zahrana . Zahrana adalah seorang
perempuan yang memprioritaslan pendidikan atau ilmu pengetahuan.
Dengan kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan maka tidak heran jika
Zahrana setelah menyelesaikan kuliah S2 nya ia pun mengajar sebagai
dosen di salah satu perguruan tinggi di Jawa Tengah. Hanya saja, dengan
segala kelebihannya itu, masih ada yang kurang dan membuat orangtuanya
sedih. Yaitu, Zahrana masih belum mempunyai keinginan untuk menikah.
Hingga satu waktu ada yang mengajaknya untuk menikah, tapi sayang
laki-laki tersebut tidak sesuai dengan pilihan Zahrana. Karena
yang menjadi pilihan Zahrana adalah laki-laki yang mempunyai kualitas
keagamaan yang lebih baik darinya. Meski demikian, Zahrana pantang
menyerah dan tidak mudah berputus asa. Justru dengan begitu Zahrana
rajin berusaha dengan lebih mendekatkan diri lagi kepada Sang Khaliq.
Yaitu dengan rajin salat tahajud, hajat, dan tentu saja salat
istikharah. Dan alhamdulillah. Setelah melewati berbagai rintangan, doa
Zahrana pun dikabulkan-Nya dengan cara diberi kejutan . Ya sebuah
surprise yang ternyata yang menjadi suaminya adalah mahasiswanya yang
dulu diajarnya.

Hal yang sama juga terjadi pada dua kisah yang lainnya yaitu ''''Dalam Mihrab Cinta'''' dan ''''Mahkota Cinta''''.

Sehingga sangat jelaslah kiranya bagaimana Kang Abik sebagai penulis
mengajak pembacanya untuk tetap mempunyai semangat yang mampu membangun
jiwa para pembacanya dalam mengarungi samudra kehidupan.
Dan amatlah pantas jika novel tersebut, mudah-mudahan dapat dan mampu
mengikuti jejak karya-karya sebelumnya yaitu menjadi karya best seller
dengan kategori positifnya. Maksudnya, bukan karena efek negatifnya
karya tersebut menjadi best seller. Melainkan dikarenakan memang karya
Kang Abik tersebut mengandung pelajaran yang sangat berharga bagi kita
semua para pembacanya.

Akan tetapiKang Abik sebagai perkenalan yaitu
''''Dalam Mihrab Cinta''''. Dalam Mihrab Cinta menurut Kang Abik nantinya
akan dibuat romannya secara lebih spesifik.

Kisah Di Balik Layar Ayat-Ayat Cinta (1)

Diambil dari Bog Pribadi mas Hanung

Kisah Dibalik Layar AAC - Bagian 1
Oleh : Hanung Bramantyo


Aku mulai sadar bahwa tidak mudah membuat film agama. Itulah kenapa ibuku dulu berpesan kalau kamu sudah bisa membuat film, buatlah film tentang agamamu: Islam. Awalnya aku cuma tersenyum mendengar kata-kata ibuku. Senyum yang menyangsikan. Sebab pada waktu itu buatku film agama tidak lebih dari sekedar petuah-petuah yang membosankan. Lelaki berpeci dengan baju koko, bertasbih, kadang berewokan, mulutnya nerocos soal ayat dengan cara menghadap kamera. Membuat dirinya tampak suci dengan mengumbar ayat-ayat Quran. Ah, tidak terbayang olehku sebuah film agama. Tapi aku tidak begitu saja lantas menyerah. Aku coba berangkat dari apa yang aku kenal: Muhammadiyah. Lalu merentet ke sebuah nama: Ahmad Dahlan. Hmm, aku memang menyukai film yang mengangkat satu tokoh: Gandhi, Erin Brokovich, Henry V, Shakespeare, Baghad Sigh, Malcom X, dan mungkin juga nanti Sukarno (kalau memang jadi difilmkan oleh Hollywood). Film yang mengangkat tokoh bisa membuat penonton bercermin. Dan Agama adalah cermin bagi manusia untuk senantiasa melihat kembali dirinya: Kotor atau bersih?
Lalu aku membuat proposal Ahmad Dahlan untuk aku tawarkan ke PP Muhammadiyah. Ditolak! Muhammadiyah tidak ada uang, katanya . Aku cuma bengong saja. Tidak ada uang? Kataku dalam hati. Ah, sudahlah. Mungkin waktu itu aku belom dipercaya. maklum masih kuliah di IKJ semester Akhir.
Lalu kutinggalkan itikadku membuat film Agama. Aku terjun membuat film Cinta: Brownies, Catatan Akhir Sekolah, Jomblo, dsb ... dsb ... Tapi aku tetap yakin bahwa suatu saat akan datang masa aku membuat film tentang agama.
Alhamdulillah, benar. MD Entertainment menawari membuat Film Ayat-Ayat Cinta (AAC).
'Kenapa anda membuat film ini?' Tanyaku
'Sederhana. Pertama, Ini film dari Novel best seller. Kedua, penduduk indonesia 80 persen muslim. Kenapa saya tidak membuat film tentang mereka? Kalau saya minta 1 persen dari 80 persen masak tidak bisa.'
1% dari 80% penduduk muslim Indonesia berarti sekitar 2 juta penonton. dikalikan 10 ribu per tiket. Berarti pendapatan kotor 20 milyar. Kalau bujet produksinya 10 milyar, keuntungan yang didapat 10 milyar.
Aku jadi berfikir, kenapa Muhammadiyah tidak berfikiran begitu ya? Kalau cuma mengumpulkan 2 juta penonton, masa Muhammadiyah tidak sanggup? Bukankah dari 80% tersebut 40% adalah warga Muhammadiyah? Ah, dasar stupid pikirku. Banyak orang Islam tidfak berfikir luas seperti orang-orang Yahudi. Oleh sebab itu Islam selalu dimarjinalkan, mudah diadu domba, dibohongi ... diakali.
Lalu aku mulai memasuki tahap persiapan dan riset.
Wallohu ... Aku melihat islam dari dekat sekali. Sangat dekat. Di Kairo, aku menatap Menara Azhar, aku menyentuh dinding dan lantai Azhar university, aku mencium bau apek baju-baju dan karpet mahasiswa Alzhar tetapi memiliki roman muka bersih dan santun. Aku melihat keikhlasan mereka saat bersujud diatas sajadah buluk. Bibir mereka pecah-pecah oleh panas sekaligus dingin hawa Kairo, tetapi dibalik bibir pecah itu terlantun dzikir panjang menyebut: Alloh ... Alloh ...
Lalu aku melihat seorang syaih duduk bersila dihadapan murid-muridnya. 'Tallaqi' mereka menyebutnya. Aku mendengar seorang melantunkan ayat-ayat Al quran di sudut masjid. Dan juga di pinggiran jalan. Seolah quran bagaikan bacaan novel. Allohu Akbar ... Allohu Akbar. Inikah caramu membuatku dekat dengan agamaku, Ibu?
Darahku menggelora membuat mataku terbelalak. Islam sangat indah. Islam sangat eksotis. Tapi orang-orang islam seperti tidak mengerti semua itu. Orang-orang Islam di Jakarta lebih memilih jalan-jalan ke eropa daripada ke Kairo.
'Saya akan membuat film ini eksotis, pak' begitu kata saya ke producer.
Dan mulailah persiapan dimulai. Semangatku menggelora. Aku baca buku-buku tentang Fiqih dan sunnah. Aku libatkan mahasiswa Al Azhar untuk mendampingiku. Aku sangat hati-hati sekali melakukan ini agar apa yang tertulis dalam novel dengan indah pula tersampaikan lewat gambar. Sebuah film yang lembut, yang indah, yang suci tergambar di depan mataku dan aku yakin sekali bisa mewujudkannya.
Namun semua impianku itu tidak begitu saja mudah diwujudkan.
Pertama kali berita tentang pembuatan film AAC tersebar, halangan pertama datang justru dari pembaca. Diantara banyak yang berharap, mereka juga menyangsikan, sinis, dan mencemooh. Bahkan ada yang bilang : 'Wah, sayang sekali novel sebagus ini akan difilmkan. Jadi ill Feel, deh'. ada juga yang bilang 'Tidak pernah aku lihat Novel yang di filmkan hasilnya bagus, sekalipun Harry Potter. Apalagi ini.'
Pada suatu hari ada sekelompok orang datang ke kantor MD, mereka bilang dari organisasi Islam. Mereka datang dengan membawa seorang lelaki berwajah putih dan seorang gadis berjilbab. Mereka bilang ...
'Ini calon pemain Fahri dan ini calon pemain Aisha' sambil menunjuk ke lelaki berwajah putih dan gadis berjilbab itu.
'Kami dari organisasi Islam' lanjutnya 'Kami sangat concern terhadap dakwah islamiah. Kami tidak ingin film Ayat-Ayat Cinta melenceng dari novel dan ajaran Islam. Kang Abik (Nama panggilan Habiburrahman El Shirasy) sudah tahu tentang ini.'
Kami hanya saling pandang dan tersenyum. Aku ... malu sekali.
Tentu saja kami menolaknya. Kami tahu bahwa film ini harus dibuat dengan hati-hati sekali. Kami juga tidak begitu saja memilih pemain hanya semata-mata ganteng dan 'menjual'. Karena itu kami menggandeng ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin sebagai penasehat kami.
Sebelum aku melakukan casting, aku berdiskusi dulu dengan kang Abik. Kang abik sangat concern dengan sosok Fahri. Dia harus turut serta memilih tokoh Fahri. Semula kami membuka casting di pesantren-pesantren. Tetapi hasilnya Nol. Bukan berarti para santri tidak ada yang ganteng dan pintar seperti fahri. Tetapi banyak diantara mereka sudah menganggap 'Film' adalah produk sekuler. Oleh sebab itu banyak diantara mereka tidak mau ikut casting. Saya pernah membaca satu hadist, jangankan membuat film, menggambar manusia saja hukumnya Haram. Nanti di Neraka hasil gambar yang kita buat harus kita hidupkan. Kalau tidak bisa, Malaikat Jibril akan mencambuk kita dengan cambuk api.
Kami melakukan casting lebih dari 5 bulan. Semua yang ikut casting adalah pemain-pemain terkenal. Tapi diantara mereka banyak terjebak pada tuntutan atas 'Kesucian Fahri'. Banyak diantara mereka beracting 'sok suci' dengan melantunkan ayat-ayat dan menyebut asma Alloh dengan berlebihan, mirip seperti ustadz-ustadz di TV-TV. Pernah aku menemukan seorang yang menurutku pas bermain sebagai Fahri. Tetapi lelaki itu tidak beragama Islam. Kang Abik tidak setuju. Lalu ditengah keputusasaan kami datang seorang lelaki. Ganteng, tetapi tidak sombong (tidak merasa dirinya ganteng). Sering kita lihat di Mal-Mal, banyak lelaki pesolek, sadar sekali bahwa dirinya ganteng. Tetapi lelaki ini tidak . Dia sangat santun. Bahasanya pun santun. Ketika berucap Alloh, dia agak-agak canggung. Bahkan tidak fasih seperti ustadz. Pada saat dia sholat aku melihat gerakannya jauh dari sempurna. Tetapi lelaki itu punya mata yang didalamnya mengandung semangat belajar. Dia adalah Fedi Nuril. Aku berdiskusi dengan kang Abik. Terjadi tarik ulur dan perdebatan panjang. Akhirnya kita sepakat memutuskan dia yang main sebagai Fahri. Alasanku adalah, Fahri bukan lelaki sempurna. Tapi yang membuat Fahri tampak sempurna karena dia sadar bahwa dirinya tidak sempurna. Keputusan Fedi Nuril sebagai Fahripun mengundang banyak kesangsian di kalangan pembaca fanatik AAC, terutama di Malaysia. Karena film Fedi Nuril sebelumnya menampilkan Fedi ciuman dengan perempuan bukan muhrim. Fedi pun mengakui itu. Yang membuat aku terharu, Fedi menganggap film AAC sebagai media dia buat dekat dengan Islam. Belajar kembali tentang Islam. Karena film ini, Fedi jadi rajin membuka-buka lagi buku tentang Islam. Bahkan Fedi menyadari segala tingkah lakunya yang tidak Islami selama ini setelah memerankan Fahri. Sungguh, baru kali ini aku rasakan dampak film yang begitu besar mempengaruhi keimanan seseorang. Terima kasih kang abik. terima kasih Ibu.
Pada saat kami mencari sosok Aisha dan Maria, semula kami bersepakat untuk mencari pemain Mesir. Tetapi setelah kami melakukan riset disana, sangat mengagetkan. Perempuan-perempuan Mesir lebih tua dari umurnya. Aku mengcasting seorang perempuan mesir bernama Roughda untuk berperan sebagai Aisha. Tidak hanya cantik, tetapi mainnya luar biasa. Tetapi setelah di sejajarkan dengan Fahri, terlihat Roughda lebih pas sebagai kakaknya daripada isteri Fahri. Padahal umurnya lebih muda 3 tahun dari Fedi Nuril. Lalu kami mencari pemain dengan umur 8 tahun lebih muda dari Fedi. Pada saat kami sejajarkan, sangat pas. Tetapi disaat dia berdialog tentang perkimpoian, tidak bisa dipungkiri 'kedewasaannya' tidak tampak. Alias belum matang. Kami bingung dan akhirnya kami sepakat untuk mencari pemain indonesia saja.
Tidak gampang mencari pemain indonesia yang cantik sekaligus solihah. Pak Din Syamsudin berpesan kalau bisa pemain Aisha kesehariannya ber jilbab. Lihatlah siapa artis kita yang bertampang Bule yang seperti itu. Hanya Zaskia Meca saja yang berjilbab dan cantik. Selebihnya tidak ada. Sementara itu Zascia tidak bertampang bule. Dia sangat sunda. Pernah kita meng casting Nadine Candrawinata. Dia sangat cantik dan bermain bagus. Dangat cocok pula berdampingan dengan Fedi Nuril. Tapi Nadine bukan Muslim. Padahal Nadine sudah mau bermain sebagai perempuan Muslim. Aku pernah berdiskusi panjang dengan kang abik soal itu. Aku bilang padanya ...
'Suatu hal yang unik, ketika tokoh Maria yang kristen dimainkan oleh seorang muslim, sementara tokoh Aisha yang Islam dimainkan seorang kristen. Ini akan memperlihatkan sikap toleransi dan demokratisasi dalam Islam seperti di India.'
Tetapi kang abik dan pak Din Syamsudin menyarankan untuk jangan bertaruh terlalu besar di film ini. Masyarakat Islam di Indonesia berbeda dengan India. Di India, masyarakat moslem dan Non Moslem sudah terdidik tingkat kedewasaan dalam toleransi, sementara di Indonesia belum. Akhirnya dipilihlah Ryanti sebagai Aisha dan Carrisa Putri sebagai Maria.
Ketiga pemain itu dikursuskan bahasa arab secara privat untuk mendalami kehidupan Muslim di kairo. Mereka sangat antusias. Namun antusiasme itu harus berhadapan dengan kenyataan bahwa mereka juga punya kesibukan lainnya. Ryanti sebagai VJ di MTV dan Carrisa bermain sinetron. Ryanti yang bagiku sangat keteter ketika berperan sebagai Aisha. Asiha adalah sosok yang memiliki beban berat. Sementara Ryanti sebagai VJ MTV harus selalu tampak riang dan ringan. Sering sekali benturan itu membuat proses pendalaman karakter tidak sempurna. Aku frustasi sendiri. Tetapi aku ingat, bahwa di Film ini kesabaranku benar-benar di uji. Impianku mewujudkan keindahan dan kedalaman Islam terbentur oleh kenyataan sebaliknya: Ringan, Riang, Hedonistik dan Pop. Apalagi ketika producer tiba-tiba berubah pikiran melihat kenyataan penonton Film Indonesia banyak di dominasi anak-anak muda yang pop, ringan dan tidak menyukai hal-hal bersifat perenungan. Dia lantas ingin mengubah karakterr film AAC menjadi sangat pop seperti Kuch Kuch Hotahai ... Tuhanku! Tuhanku! selamatkan film ini ...
Tidak jarang aku berperang mulut dengan producerku ketika meminta adegan Talaqi dibuang. Karena boring dan membuat penonton mengantuk. Lalu beberapa adegan yang bersifat perenungan, seperti pada saat Fahri dipenjara dan menemukan hakikat kesabaran dan keikhlasan dari seorang penghuni penjara yang absurd (dalam novel digambarkan sebagai seorang professor agama bernama Abdul Rauf), Tetapi di Film saya adaptasi sebagai sosok imajinatif, bergaya liar, bermuka buruk tetapi memiliki hati bersih dan suara yang sangat tajam melafatskan kebenaran. Semua adegan itu diminta untuk dibuang atau dikurangi dan lebih mementingkan adegan romans seperti AADC ataupun Kuch Kuch Hotahai ...
Sabar ... Sabar ... Ikhlas ... ikhlas!!!
begitulah yang aku dapatkan di film ini. Film ini tidak hanya mampu merobah pandanganku tentang Film. Film ini mampu dan sudah merobah pandangan hidupku: tentang agama, kesetiaan, kerjakeras, komitmen, dan ... cinta. Berkali-kali aku berucap syukur yang besar kepada Tuhanku yang sudah memberikan aku jalan menuju kedewasaan. Berkali-kali aku berucap terima kasih kepada Kang Abik yang sudah secara tak langsung mempercayaiku menyutradarai film ini, dimana telah membuatku kembali merasa dekat dengan Islam yang indah, bersahaja dan penuh dengan toleransi. Dan terakhir, berkali-kali aku berucap syukur kepada Ibuku yang telah berpesan untuk membuat film tentang agama. Sekarang aku mengerti, kenapa Kau berpesan begitu Ibu. Tidak lain hanyalah untuk membuatku selalu dekat dengan Islam ...
La haula wa kuwwata illa billahi ...

Kisah Di Balik Layar Ayat-Ayat Cinta (2)

Kisah Dibalik Layar AAC - Bagian 2

Oleh :Hanung Bramantyo


Kairo adalah kota dimana manusia-manusia Fahri, Aisha, Maria, Noura, Nurul, dan segudang manusia-manusia ciptaan Kang Abik bertebaran, hidup, saling bicara dan saling mencinta. Kairo sangat indah kata kang Abik. Sudut-sudut pasar El Khalili, jalanan di Down Town, Menara-menara masjid termasuk didalamnya Masjid Al Azhar dan University of Azhar Cairo. Sangat detil kang Abik menggambarkan itu dalam novelnya, yang membuat aku tertantang untuk mewujudkan dalam gambar: Bangunan-bangunan tua peninggalan 3 Dinasti (Firaun, kesultanan dan Penjajah Perancis), Kios-kios berdempetan berhadapan dengan trotoar-trotoar sempit yang penuh dengan pejalan kaki, terkadang diisi kursi-kursi rotan café pinggir jalan yang meletakkan seorang tua sedang menyedot shisa. Lalu 5 jam dari tempat itu, menuju matahari terbit, kita melihat kampung tua El Giza dengan aroma kotoran unta yang … hmmm, sekilas menjijikkan, tetapi … tertutup oleh eksotisnya lingkungan khas kairo. Bangunan itu berdiri dari tumpukan bata-bata merah yang dipoles campuran semen dan pasir. Menjadikan warna coklat muda dominan, berpadu selaras dengan warna tanah, warna kain-kain yang dipakai membalut tubuh gadis-gadis kairo, dan warna kulit unta. Bangunan itu ada banyak. Bertebaran. Saling berdiri begitu saja. Tidak begitu rapi seperti bangunan-bangunan kuno di Itali atau paris, tapi sangat menarik bagiku. Apalagi dengan latar belakang sepasang pyramid yang gagah menjulang menyentuh langit.
Kairo … ah, Kairo. Di kota ini aku akan meletakkan kamera, melukis dengan cahaya, membangun set dan meletakkan pemain-pemain didalamnya. Pemain Indonesia yang bergaya selayaknya orang kairo asli.
Aku datang bersama tim kecil, menjalin kerjasama dengan local production house, Egypt Production. Mereka sangat senang menyambut kedatangan kami. Kata mereka, tidak mudah membuat film di kairo. Skenario film harus dapat ijin dari sensor film. Tidak seperti di Indonesia. Bisa dengan gampang membuat film apa aja. Karena waktu yang kita punya sangat sempit, ijin yang seharusnya 3 bulan, bisa diurus dalam 2 minggu oleh seorang local producer bernama Tammer Abbas; seorang muslim kairo, cerdas, berpengalaman di bidang film dan kharismatis. Tammer mem-provide apa yang kita butuhkan: Hunting Lokasi, akomodasi dan transportasi hingga penyewaan alat. Di benankku, sedemikian jelas tergambar film ini akan sedetil seperti yang kang abik tuliskan di novel.
Setelah riset selesai dan scenario jadi, 20 tim dari Jakarta datang untuk melakukan hunting lokasi sekaligus test kamera. Kami melakukan shooting di sebuah tempat di El Giza. Alat-alat yang di sediakan buat kami jauh lebih bagus dari yang sering kita pakai di Indonesia. Kami sangat di support disana. Kami melakukan persiapan di kairo selama 2 minggu. Tammer akan mensupport semua shooting di Kairo berikut kostum, lokasi, crew dan pemain pendukung. Film ini benar-benar akan menjadi film Indonesia yang shooting total di Luar Negeri. Baru pertama kali terjadi dalam sejarah perkembangan film nasional. Bisa dibayangkan, bagaimana perasaanku waktu itu. Ibu, aku akan persembahkan yang terbaik buatmu … sebuah film agama yang indah dan bersahaja. Yang akan kau kenang … dan semua umat muslim Indonesia dan dunia tentunya …
`Mendadak semua berhenti begitu saja. Impian itu kandas. Producer membatalkan shooting di Kairo dengan alasan bujet produksi yang ditawarkan Egypt Production tidak masuk akal. Tammer Abbas menawarkan angka 3 kali lipat produksi standart Film Indonesia. 1 Film AAC di produksi sama saja memproduksi 3 film layar lebar di Jakarta. Siapapun producer di negeri ini akan berfikiran sama: Membatalkan produksi Film.
Seakan runtuh bangunan mimpi yang sudah aku bangun. Satu persatu menimpaku.
Tapi producerku tidak begitu saja berniat membatalkan produksi film ini.
‘Kita sudah terlanjur berjanji dengan banyak orang.’ Katanya …
Bersama-sama kita mulai memikirkan bagaimana AAC bisa diproduksi sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kemudian kita mencari sponsor untuk bisa tetap shooting di Kairo. Kita menjalin kerjasama dengan The Embassy of Egypt di Jakarta. Lewat hubungan baik dengan ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin, mereka setuju dengan tawaran ini. Kata Dubesnya, Film ini akan dikelola oleh dua Negara: Indonesia dan mesir. Sebelum di putar di bioskop, film ini harus diputar dihadapan presiden Negara-Negara Islam di Asia dan Timur Tengah, begitu kata Dubes. Betapa senangnya aku mendengar kabar ini. Impianku bangkit. Ku kabarkan berita ini ke teman-teman crew dan pemain. Mereka kembali semangat. Akhirnya dibuatkan kesepakatan antara dua Negara melalui Dubes Mesir-DepBudPar-PP Muhammadiyah. Bersama-sama kita melakukan pers conference, mengabarkan berita gembira ini ke masyarakat.
Namun lagi-lagi semua itu tidak ada artinya. Pemerintah mesir, sekalipun memberikan dukungan buat kerjasama ini, tidak bisa melakukan intervensi terhadap harga-harga termasuk di dalamnya Equiptment, lokasi, property. Itu adalah hak perusahaan swasta. Artinya, sekalipun di dukung pemerintah, tetap tidak bisa mempengaruhi harga. Harapan shooting di Kairo akhirnya kandas. Terlebih lagi pihak Egypt Production tiba-tiba mengirimkan tagihan atas hunting, pelayanan persiapan dan test kamera selama di kairo sebesar 500 juta rupiah. Angka yang tidak masuk akal buat producer untuk harga test kamera dan hunting. Biasanya di Jakarta kami melakukan hunting sekitar 5 juta sampai 10 juta. Test kamera gratis kita lakukan karena itu salah satu fasilitas perusahaan penyewaan alat.
Akhirnya producer tidak mau membayarnya. Terjadilah perselisihan antara keduanya. Pihak Egypt Production melayangkan surat gugatan ke pihak KBRI di Kairo. Pihak KBRI kairo mengirimkan surat ke Departemen Luar Negeri Indonesia dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang isinya terjadi penipuan pihak MD kepada perusahaan Kairo. Berita ini membuat Deplu dan Depbudpar menarik kembali dukungannya. Begitu juga dengan pihak Dubes Mesir. Seperti sebuah drama tragedy saja, nasib produksi Ayat-Ayat cinta tidak terselamatkan.
Terbayang olehku bangunan-bangunan bersejarah, menara-menara masjid Azhar yang tinggi menjulang, kios-kios berjajar, pasar-pasar tradisional, pyramid, guran sahara, pantai Alexandria yang indah … hilang … hilang ditelan angin begitu saja. Lalu pesan ibu terngiang : … Kalau kamu sudah bisa membuat film, buatlah film agama …
Ana aasif … ya ummi …

Kisah Di Balik Layar Ayat-Ayat Cinta (3)

Kisah Dibalik Layar AAC - Bagian 3
Oleh : Hanung Bramantyo


Bukan sekali ini aku mendapatkan persoalan pada saat membuat film. Persoalan buatku adalah sahabat karib. Di Dapur Film aku menekankan ke teman-teman, jika mau terjun ke dunia film, persoalan adalah bagian hidup kita. Bukan berarti kita mencari persoalan, tapi persoalan harus kita sikapi sebagai tantangan. Akan tetapi persoalan yang menimpaku sekarang ini seolah tak berujung. Menangis sudah bukan suatu yang luar biasa lagi.
Sejak kabar kita bakal sulit shooting di kairo aku jadi tidak bergairah. Tapi kabar film AAC bakal diproduksi sudah beredar. Posisiku sulit. Bersamaan dengan itu film produksi pertama MD yang berbujet besar drop di pasaran. Sebuah film yang dianggap idealis, bahkan tidak mampu menembus angka 100 ribu penonton. Keyakinan producer mulai goyah.
‘Apakah kamu masih yakin AAC akan diproduksi?’ Kata producer padaku,
‘Iya’ jawabku yakin. Sekalipun aku sendiri tidak tahu apakah keyakinan itu sekuat dulu.
‘Apakah AAC adalah film yang bakal di tonton?’ tanyanya kemudian.
Aku lalu ingat pernyataannya tentang 80% penduduk Indonesia adalah muslim. Kemudian aku membalikkan pernyataan itu kepadanya. Jawabnya …
‘Ya, tetapi setelah melihat realitas, penonton kita masih belum bisa menerima film-film berat.’
Beberapa detik aku sempet bingung dengan istilah film berat. Aku tahu pada waktu itu kondisi psikologis producerku sedang drop. Tidak hanya satu-dua juta kerugian yang dia tanggung di film pertama. Wajar jika sudah menggoyahkan keyakinannya. Aku berusaha meyakinkan dia lagi kalau AAC adalah film yang ditunggu penonton. Aku juga meyakinkan kalau kita di dukung oleh Muhammadiyah. Tapi alasan itu tidak cukup buat dia. Sebuah dukungan bisa dengan gampang dicabut. Tetapi sebuah produk yang sudah diproduksi tidak bisa diuangkan. Investor tetap menanggung beban besar. Intinya, dia butuh keyakinan kalau AAC adalah film yang bakal ditonton lebih dari 1 juta penonton. Jumlah tersebut diperhitungkan secara bisnis untuk balik modal, mengingat bujet yang dipersiapkan untuk memproduksi AAC duakali lipat bujet standart Film Indonesia. Yah, sekitar 7 Milyar.
Lalu produk seperti apa yang ditonton oleh satu juta penonton?
Pertanyaan itu yang akan merobah karakter Film Ayat-Ayat Cinta yang selanjutkan menjadi persoalanku kemudian.
Pertama yang dilakukan untuk menset-up produk agar ditonton oleh satu juta penonton adalah mengubah scenario menjadi light. Scenariopun dirombak total. Producer sempat menghubungi Musfar Yasin untuk menggantikan Salman Aristo, karena pada saat itu Nagabonar jadi 2 meraih 1,3 juta penonton. Musfar menolak dengan alasan tidak etis. Salman Aristo kemudian bersedia merubah scenario dengan catatan sedikit keluar dari novel. Kita sepakat. Dalam hal ini Kang Abik sedikit kita abaikan dengan maksud segalanya berjalan lancar. Mengingat kang Abik kondisinya waktu itu tidak di Jakarta, sehingga untuk melakukan diskusi scenario harus menghadirkannya dari semarang.
Skenario dibuat dalam 2 minggu. Selama 2 minggu itu kegiatan persiapan menjelang shooting dihentikan. Di minggu ketiga seharusnya kita sudah melakukan shooting, terpaksa dilakukan persiapan lagi. Jadwal akhirnya mundur satu bulan. Keberatan muncul dari para pemain. Sebagian pemain Ayat-Ayat Cinta adalah pemain dengan jadwal ketat. Fedi Nuril sibuk dengan album dan tour Garasi. Ryanti sibuk dengan jadwal MTV, Carissa dan tante Marini sibuk dengan sinteron striping, Melanie putria dan Surya Saputra sibuk dengan presenter. Kalau produksi ini mundur schedule pemain yang akan sulit. Di bulan kedepan para pemain tersebut sudah masuk schedule lain diluar Ayat-Ayat Cinta. Hal itu membuat Iqbal Rais, asistenku kelabakan mengatur schedule. Dalam 2 minggu itu pekerjaan Iqbal berkali-kali melakukan revisi schedule dan breakdown shooting. Sedangkan Amelia Oktavia (amek) dan Ruth Damai Pakpahan (Iyuth) yang bertugas sebagai casting director me-loby pemain kembali. Itu tidak mudah tentunya. Schedule di luar AAC sudah terlanjur di booking oleh para manajer. Malah beberapa ada yang sudah kontrak.
Seperti yang disepakati bersama, scenario rampung dalam 2 minggu. Tapi bukan berarti persoalan selesai disitu. Tahap berikutnya adalah menentukan dimana shooting dilakukan, mengingat kairo sudah tertutup buat MD. Oh,ya … Hal mendasar yang membuat produksi ini mengalami kendala kreatif adalah producer mulai menekan bujet produksi akibat kerugian di film pertama. Pemindahan shooting di Indonesia dilakukan dengan asumsi bujet produksi tidak semahal di Kairo. Padahal kenyataan di lapangan tidak semudah asumsi itu. Sesuatu yang diciptakan dengan set akan lebih mahal dibanding kita menggunakan set yang sudah jadi. Kalau toh ditemukan rumah yang mirip dengan yang ada di Kairo, perabot didalam rumah itu tidak bisa dipakai.
Menjelang shooting aku dan producer banyak bertengkar soal itu. Pengajuan bujet untuk tata artistic di potong. Begitupun dengan pengajuan lampu. Aku seperti berada dalam ruang isolasi yang semakin lama dinding itu bergerak menghimpit. Pada awal persiapan, konsep film AAC adalah menghadirkan keindahan kota kairo dengan memotret lansekap sebagaimana tertulis di novelnya kang Abik. Kini, terpaksa harus aku persempit mengingat lokasi shooting tidak memadai dan peralatan pendukung dikurangi. Aku dan Salman Aristo memutuskan memperkuat dramatik cerita daripada keindahan gambar. Oleh sebab itu beban jatuh pada para pemain. Pemain harus mampu secara meyakinkan membawakan karakter yang diperankan. Disini muncul persoalan baru. Sekalipun Amek dan Iyuth berhasil me-loby pemain untuk mundur shooting, tapi tidak bisa dapat waktu untuk latihan. Jangankan untuk melakukan riset dan observasi peran, untuk melakukan reading scenario saja waktunya terbatas. Kepalaku mendadak berat sekali. Hari-hari shooting tinggal beberapa hari, tapi permainan mereka masih jauh dari harapanku. Ya Alloh, selamatkan aku. Selamatkan film ini …
Pernah suatu kali aku minta mundur lagi karena pemain belum siap, terutama Rianti dan Carrisa. Producer tidak memberikan ijin. Aku bingung. Aku melihat Rianti dan Cariisa masih jauh dari harapanku. Pada awalnya tokoh Aisha diperankan Carrisa dan Rianti sebagai Maria. Saat latihan berlangsung, aku merasa keduanya tidak pernah mencapai klimaks. Selalu saja ada yang salah. Kemudian mas Whani Darmawan selaku acting coach (Penata laku) mencoba merobah posisi. Rianti sebagai Aisha dan Carrisa sebagai Maria. Aku melihat ada perubahan ke lebih baik. Mungkin tepatnya: Lebih pas … Tapi aku masih belum yakin dengan itu, dikarenakan banyak persoalan kreatif lain yang menghimpitku. Aku tidak bisa dengan jernih memutuskan. Lalu Aku minta bantuan Salman Aristo untuk ikut memutuskan. Setelah melewati test kamera, aku, Salman Aristo dan Producer bersama-sama melihat dan memutuskan siapa yang pantas menjadi Aisha. Aku ingat waktu itu rapat untuk memutuskan siapa yang pantas menjadi Aisha dilakukan 10 menit sebelum acara pers conference yang menghadirkan PP Muhammdiyah Din Sayamsudin dan wartawan dari media cetak dan TV. Di ruang lain, Rianti dan Carisa menunggu keputusan itu, karena berhubungan dengan siapa yang akan memakai cadar dan jilbab pada saat acara pers conference. Akhirnya, kami memutuskan Rianti yang menjadi Aisha. Cadarpun terpasang menutup sebagian wajah cantik Rianti
Ketika hari Shooting ditentukan, pemain sudah disiapkan secara schedule, Set sudah dibangun, mendadak ada kabar Ryanti akan di deportasi karena masa tinggalnya sudah habis (Rianti masih menjadi warag Negara Inggris saat ini), sehingga dia harus kabur ke Singapura beberapa hari sambil mengurus perpanjangan masa tinggalnya di Indonesia. Shooting yang sudah kita tentukan harus mundur lagi. Set yang sudah dibangun harus dibongkar. Kepalaku mulai berat. Mataku mulai kabur. Allohu akbar! Apa lagi yang harus aku hadapi? Berapa tetes lagi air mataku kutumpahkan dan berapa lapang lagi dadaku aku rentangkan? Ingin rasanya aku lari dari semua ini. Tapi aku selalu ingat pesan ayahku, wong lanang kui kudu mrantasi … (Lelaki itu harus menyelesaikan segala persoalan). Aku melihat sisi positif dari kemunduran ini. Aku bisa focus latihan buat pemain. Akhirnya kamipun mundur. Karena set yang sudah dibuat tidak bisa dibongkar, kita terpaksa shooting satu hari tapi setelah itu break seminggu.
Pada saat shooting, aku melihat kairo berdiri di Jakarta dan semarang. Aku melihat metro yang dibangun bangsa Prancis di stasiun Manggarai. Aku melihat perpustakaan Al Azhar dan ruang Talaqi masjid Al Azhar di Gedung Cipta Niaga Jakarta Kota. Flat Fahri, Flat Maria dan Pasar El Khalili di kota lama dan Gedung Lawang Sewu Semarang. Ruang sidang pengadilan Fahri di Gereja Imanuel Jakarta. Apa yang dibangun Allan, art directorku, berhasil meski dengan berbagai kendala keuangan yang tidak lancar. Untuk membangun set dan menyediakan property, Allan sering mengeluarkan uang pribadinya untuk menutup aliran uang yang tidak lancar. Gajinya yang seharusnya di bagi-bagikan kepada krunya, habis buat belanja property dan membangun set. Karenanya banyak krunya pada marah-marah dan kabur.
Pada saat shooting berlangsung, tidak begitu saja mulus dan on schedule. Hari-hari pertama kami berhasil menghadirkan suasana kairo dengan menyewa orang-orang arab sebagai extras. Karena shooting selalu selesai tengah malam, orang-orang arab lama-lama tidak mau diajak shooting lagi. Maklumlah, mereka bukan berprofesi sebagai pemain. Kebanyakan dari mereka pedagang, mahasiswa, karyawan bahkan ada yang dokter. Suatu kali pernah si dokter marah-marah karena shooting sampai malam, padahal sebagai dokter dia tidak pernah berpraktek sampai malam. Di hari-hari menjelang akhir shooting AAC, bahkan untuk mengajak gembel Arab pasar Tanah Abang pun tidak bisa. Masya Alloh!!
Di Kota lama dan Lawang sewu Semarang, kami menghadapi persoalan kamera terbakar, hujan, berhadapan dengan preman Kota Lama, ruang sempit dan lapuk karena tua yang membuat set lampu lama. Dengan begitu scene yang seharusnya diambil jadi banyak terhutang. Untuk membayarnya, kita menunggu jadwal pemain kosong, Amek dan Iyuth kembali me-loby, iqbal rais kembali membongkar break down. Hal itu terus menerus mereka lakukan sampai-sampai Amek dan Iyuth kehilangan muka di hadapan manajer dan pemain. Tidak jarang aku melakukan improvisasi demi efisiensi. Banyak adegan aku sederhanakan. bahkan dibuang. Tapi aku cukup senang karena aku bisa merobah salah satu sudut kota lama semarang menjadi pasar di El-Giza. Aku menghadirkan unta dari Kebun Binatang Gembiraloka Jogjakarta. Penduduk kota lama Semarang dibikin heboh dengan munculnya unta secara tiba-tiba di sana.
Shooting paling berat yang aku rasakan pada saat adegan sidang Fahri. Aku memilih gereja Imanuel Jakarta untuk di set sebagai ruang pengadilan. Aku menghadirkan lebih dari 300 ekstrass. Semua pemain utama kumpul jadi satu. Penata kostum, penata make up kewalahan menghadapi banyaknya pemain. Ini salah satu scene dengan jumlah pemain paling banyak. Aku melihat hal yang unik di sana. Banyak pemain memakai Jilbab bahkan bercadar, tapi mereka berada di dalam gereja. Tanda salib bertebaran di atas kepala mereka. Suatu yang lucu dan menarik aku lihat. Lalu aku ingat, pada saat aku masuk masjid Al Azhar, bahkan untuk ijin memotret saja tidak mudah. Apalagi shooting. Tapi di gereja Imanuel ini, aku tidak hanya membawa kamera dan lighting. Aku bahkan memasukkan teralis penjara sebesar 3 meter persegi didalamnya. Aku tertawa kalau memikirkan itu …
Tidak terasa, persoalan sudah menjadi bagian dari produksi ini. Malah, ketika persoalan tidak muncul aku merasa ada yang aneh. Terlepas dari semua itu, aku senang bisa terlibat dalam persoalan. Terlebih lagi, persoalan itu bisa terpecahkan sekalipun dengan air mata. Semoga kedepan, aku bisa lebih dewasa.

Robbana afrigh alaina shabran wa tsabit aghda mana fanshurnaa ala qaumil kafiriin ...
( ...Ya Alloh, limpahkan kami kesabaran. tegakkanlah kaki kami kembali. Lindungilah kami
atas orang-orang yang membenci kami ...)

Hingga shooting ini selesai, kami masih berhadapan dengan puluhan persoalan lagi. Nantikan di bagian IV (AAC hijrah ke India untuk menghadirkan Sungai Nil, Padang Pasir dan kota) ...




NB : Lumayan sedih Bro..yuk kita doain moga moga filmnya berkualitas n sukses luar dalem........

Kisah Di Balik Layar Ayat-Ayat Cinta (4)

KISAH DI BALIK PRODUKSI AYAT-AYAT CINTA (bag.Akhir)
Shooting di Jakarta sudah selesai. Aku puas dengan kerja tim AAC yang solid. Sekalipun berat, tetap commit untuk menyelesaikan film ini apapun hambatannya. Padahal secara legal, kontrak crew sudah habis 1 bulan sebelumnya. Artinya, mereka bekerja tanpa ikatan kontrak lagi. Ini yang membuat aku terharu atas commitment mereka. Terlebih lagi, banyak diantara mereka non-muslim. Tapi tidak satupun dari mereka yang mengkaitkan keyakinan itu dengan kualitas kerja mereka.
Sebagaimana sudah direncanakan sebelumnya, meski Allan bisa menyulap Semarang dan Jakarta jadi kairo. Secara geografis, tidak akan tergambar jika tidak ada shooting di Kairo. Awalnya producer sudah puas dengan hasil shooting di Indonesia tanpa perlu shooting di Kairo. Saya sangat keberatan.
Sebenarnya, dari hasil sisa adegan yang belum diambil, hanya membutuhkan waktu 5 hari saja shooting di kairo. Akhirnya producer mengerti dan menjalin hubungan dengan local production lain di kairo. Local producer itu sering menangani film-film asing yang shooting di Cairo. Sebuah perusahaan yang juga berpengalaman d bidang produksi film. Setelah melihat konsep film AAC, dia menawarkan harga untuk shooting disana selama 5 hari. Jumlah yang diajukan sebesar 3 Milyar untuk shooting 5 hari. Nilai yang bahkan di Indonesia bisa membuat satu film.
‘Angka yang tidak masuk akal’ kata producerku.
Aku sepakat dengan producerku, meski aku tahu konsekwensi membuat film sesuai dengan novel Kang Abik memang berbujet besar. Tapi aku tetap tidak percaya degan penawaran itu. Setelah kita cek quote yang diajukan, aku melihat item-item yang tidak rasional. Misalnya, makan per orang dia budjet kan 100 US$ sehari. Padahal pada saat riset di sana, aku bisa makan dengan 25 ribu sehari. Bujet penawaran itu tidak bisa ditawar kecuali kita mengurangi jumlah hari dan kru. Negosiasi tertutup.
Kemudian muncul gagasan shooting di India dari salah seorang staf perusahaan MD yang orang India. Dia berjanji bisa menyediakan lokasi yang kita butuhkan mirip Cairo. Semula aku ragu, tapi setelah ditunjukkan foto-foto lokasi di India, saya jadi yakin. Dalam foto itu tergambat Sungai Nil, sudut kota kairo, Taman Al azhar University, Padang Pasir lengkap dengan unta-unta dan kafilah. Hanya pyramid saja yang tidak ada. Tapi itu bisa dibuat di studio menggunakan Computer Graphics Imagery (CGI) yang lebih dikenal dengan special effect.
Disaat persiapan menuju India, tercetus ide untuk tetap bisa shooting di Kairo dengan dibarengi workshop film buat mahasiswa Indonesia-Al Azhar. Lalu aku menghubungi PCIM (Pimpinan Cabang Islam Muhammadiyah). Mereka setuju dengan ideku. Kita bahkan dibantu KBRI. Di Kairo, aku dan PCIM berencana menggelar workshop dengan peserta anggota PCIM (mereka adalah mahasiswa Indonesia yang sekolah di Azhar Univ yang menjadi anggota Muhammadiyah) dan akan Shooting mengambil suasana kota dengan kamera kecil bersama dengan mahasiswa peserta workshop tersebut. Biasanya, kegiatan yang mengatasnamakan mahasiswa tidak perlu ijin berbelit-belit. Maka segala sesuatu dipersiapkan. Dari Jakarta, tim yang berangkat ke India 20 orang termasuk pemain, tetapi 6 diantaranya berangkat duluan ke Kairo selama 4 hari. 6 orang tersebut adalah, Fedi Nuril, Faozan Rizal (Kamera), Kasnan (Asisten Kamera), seorang pengawal alat, Adi molana (tata suara) dan aku.
Producer setuju dengan rencana tersebut. Tapi ditengah persiapan itu, muncul kendala di pengurusan Visa. Karena hari shooting di India dan Kairo berurutan, membuat pengurusan visa tarik-tarikan antara keduanya. Waktu kita hanya 1 minggu sebelum keberangkatan shooting, sementara mengurus Visa di India membutuhkan waktu 4 sampai 5 hari karena jumlah orang yang akan berangkat banyak. Begitupun mengurus Visa Kairo. Akhirnya aku minta tolong pihak PCIM dengan bantuan KBRI menguruskan visa on arrival. KBRI setuju dan sudah menghubungi pihak emigrasi cairo bahwa akan datang tim dari Indonesia berjumlah 6 orang untuk workshop. Kamipun senang dengan kabar tersebut. Terbayang eksotisnya kota kairo, kios-kiosnya, menara-menara masjid yang menjulang, jalan raya yang macet, kampung- el giza. Bahkan pihak KBRI bisa menyediakan fasilitas khusus masuk kawasan pyramid dengan bebas. Rasa optimisku bangkit lagi. Akhirnya … aku bisa shooting di Kairo …
Tapi, lagi-lagi semua itu cuma mimpi. Sesampainya di bagian Check In Bandara Sukarno-Hatta, aku dan 5 kru lainnya tidak boleh berangkat. Waktu itu kami berencana terbang ke Kairo dengan Sinagpore Airlines (SQ). Pihak SQ tidak bisa memberangkatkan kami dengan alasan tidak ada visa. Aku menjelaskan, bahwa kita dapat fasilitas Visa on Arrival dari KBRI Cairo. Mereka minta bukti tertulis dari pihak KBRI sebagai pegangan. Aku tunjukkan undangan dari PCIM untuk workshop atas nama Muhammadiyah ke pihak SQ. Mereka tidak mau terima. Yang mereka minta adalah surat tertulis yang menjamin 6 orang yang diterbangkan SQ bisa diterima di Kairo. Itu tanggungjawab Airlines atas keselamatan penumpang. Aku segera telpon pihak PCIM untuk menghubungi KBRI. Ternyata hari itu kantor KBRI libur. Sekalipun bisa terhubung secara pribadi dengan bagian konsulat KBRI, tapi untuk urusan administrasi harus melalui kantor. Akhirnya, kami tidak jadi berangkat. Kamera yang sudah kita sewa, tiket yang sudah kita beli dan segala harapan untuk bisa shooting di Kairo buyar … Dada ini terasa sakit sekali. Dalam perjalanan meninggalkan bandara Soekarno-Hatta, tanpa sadar, air mataku meleleh lagi. Ya Alloh, Apakah aku terlalu kotor memproduksi film ini, maka kau berikan hambatan buatku untuk yang terbaik?
Tidak ada harapan lagi kecuali shooting ke India saja. Untuk saat ini, sebuah kemewahan bisa membayangkan film ini sesuai dengan harapan Kang Abik dan pembaca fanatik AAC. Yang bisa aku lakukan hanyalah menyelesaikan film ini semaksimal yang aku bisa.
Pesawat Malaysia Airlines take off dari Jakarta membawa 20 Kru dan pemain AAC beserta dua kopor berisi Kostum pemain, 3 kopor berisi property keperluan Artistik dan dua kopor lain berisi bahan baku film 35mm serta kabel-kabel. Kira-kira 8 jam perjalanan, kami mendarat di Banglore untuk transit. Saat itu malam hari. Udara agak dingin. Pesawat yang membawa kita ke Bombay baru besok pagi sekitar jam 10 take off dari bandara. Menurut travel agent di Jakarta, di Banglore kita disediakan penginapan. Tetapi kenyataannya bukan penginapan sebagaimana layaknya sebuah hotel transit di bandara international. Kita disediakan satu apartement dengan 6 kamar. Padahal kami berjumlah 20 orang dimana tidak semuanya laki-laki. Kopor kami juga banyak. Tidak layak buat kami untuk menempati satu apartement. Malam itu sudah jam 12 malam. Pihak administrasi apartement sudah tutup untuk meminta tambahan satu apartement lagi. Kami kebingungan sendiri. Setelah beberapa lama terkatung-katung, salah seorang pembantu apartement lain menawari bisa memakai apartementnya kalau cuma buat semalam, karena pemiliknya sedang keluar kota. Akhirnya kami patungan menyewanya. Apartement itu untuk crew dan pemain perempuan. Aku bersama crew laki-laki lainnya saling tumpang tindih di apartement satunya. Aku dan Rajish (Make up artist) tidur di sofa depan. Faozan Rizal dan tim kamera tumpuk-tumpukan satu kamar. Fedi, Oka dan Iqbal tidur satu ranjang bertiga. Lainnya tidur sekenanya.
Tepat jam 11 siang kami meninggalkan Banglore menuju Bombay. Kami sudah dijemput sebuah bis yang akan membawa kami 15 jam menuju Jodhpur. Bayangan kami, Jodhpur adalah kota kecil yang tidak ada bandaranya disana. Tapi ternyata Jodhpur adalah kota wisata. Banyak turis eropa-Amerika datang kesana menggunakan pesawat, apalagi di bulan-bulan November. Bandaranya-pun lebih bagus dari Halim Perdanakusuma. Jadi penggunaan bis semata-mata buat ngirit bujet produksi, mengingat harga tiket Bombay-Jodhpur di bulan-bulan libur naik. Kami cuma menghela nafas. 15 jam perjalanan, bayangan kami, seperti perjalanan Jakarta Surabaya. Tidak apalah, aku bisa istirahat di bis, pikirku.
Setelah keluar dari bandara Bombay dengan tumpukan kopor-kopor, kami melihat bis yang disediakan kami kecil. Warnanya kuning. Bis tersebut bukan selayaknya kendaraan tempuh Jakarta-Surabaya. Bis itu seperti bis Jakarta-Sukabumi yang diberi AC. Tempat duduknya sempit hanya memuat 20 orang saja. Sedangkan kopor-kopor kami banyak. Aku komplain dengan orang india (staff MD) yang mengurusi kami disana. Dia bilang, bis ini disediakan berdasarkan bujet dari producer. Kami tetap tidak mau naik. Aku melihat wajah teman-teman kusut. Tika (line producer AAC) marah dan meminta local unit menyediakan tiket pesawat. Sayangnya, tiket pesawat ke jodhpur habis sampai 3 hari kedepan. Setelah berdebat lama, akhirnya kami disediakan satu mobil kijang khusus untuk kopor-kopor. Allan menyertai kopor-kopor itu di mobil Kijang. Yang lainnya naik bis. Fedi yang berkaki panjang menduduki bagian belakang tepat di selasar tengah bis diapit Rianti, Prita (Pencatat Script), dan Clarissa. Ditengah diisi Oka, Pao, Tarmiji, Kasnan (tim kamera), Adi molana dan pak Rajish. Di depan ada Aku, Retno Damayanti (kostum), mbak Tia (asisten Retno) dan Tika. Seorang supir bernama Ganesh membawa kami membelah negeri India melintasi Gujarat. Sebuah perjalanan panjang dan melelahkan terbayang …
Perjalanan Bombay-Jodhpur mirip seperti perjalanan Jakarta-Surabaya. Padang Ilalang terbentang di kiri kanan. Rumah-rumah gubuk, warung-warung tempat mangkal bis dan Container berderetan sepanjang jalan seperti di film Iran Café Transit, jajaran rumah-rumah pedesaan diselingi pohon-pohon besar dan sawah-sawah tandus berseliweran. Pemandangan luar biasa buatku. Eksotis. Bis kami melaju bersama dengan puluhan bahkan ratusan truk-truk. Kadang bis kami berhenti sekedar minum teh hangat India yang dicampur susu bersama sopir-sopir berkulit hitam. Di perbatasan Gujarat. Kami mendapat persoalan. Bis kami dilarang melintasi perbatasan karena dokumen tidak lengkap. Selama 2 jam kami dicuekin, sementara Ganesh mondar-mandir dari post satu ke post lainnya yang jaraknya 1 km untuk menyelesaikan administrasi. Terlihat dia begitu stress, dia meminjam Hp Tika untuk menghubungi seseorang. Terlihat dari cara bicaranya, Ganesh sedang bertengkar. Mungkin orang itu yang menyebabkan Ganesh mendapat persoalan. Kami nyaris balik ke Bombay karena tidak ada ijin melintas. Ditengah situasi panik itu Rianti, Clarrisa, Oka dan Fedi didatangi militer bersenapan karena mereka foto-foto.
‘Ini bukan tempat wisata!’ kata Militer itu.
Terlihat wajah Rianti pucat karena takut. Akhirnya Ganesh menjelaskan ketidaktahuan kami. Merekapun mengerti. Setelah 2 jam lewat dengan perasaan tidak menentu, kami bisa melintasi perbatasan, melanjutkan perjalanan atas perjuangan Ganesh. Malam yang panjang terasa. Sekalipun sulit buat kami tidur di tempat sempit seperti itu, kami tidak bisa melewatkan rasa ngantuk. Pagi berikutnya kami berhenti di sebuah kota kecil. Kami menyewa losmen kecil buat mandi dan sarapan. Kami istirahat selama 4 jam memberikan kesempatan Ganesh tidur. Di tempat itu kami diliatin penduduk sekitar. Apalagi Rianti dan Clarissa. Orang-orang India memiliki keramahan berbeda dengan Indonesia. Apalagi bukan di kota besar seperti Bombay, Delhi atau Madrass. Suara mereka yang keras membuat kami mengira mereka marah. Tetapi sebenarnya tidak. Di tempat itu kami baru sadar bahwa kami sudah menempuh 15 jam perjalanan. Tetapi kami masih berada setengah perjalanan menuju Jodhpur. Setelah membuka peta baru kami sadar berapa jarak sebenarnya dan berapa waktu tempuh sebenarnya antara Bombay-Jodhpur. Bombay-Jodhpur berjarak 850km, Kira-kira 24 jam waktu perjalanan darat jika ditempuh secara non-stop. Kami merasa ditipu. Fedi yang biasanya diam, kini marah-marah, dia protes ke producer atas perlakuan ini. Jawab producerku, pihak MD tidak tahu menau soal ini. Mereka juga minta maaf. Pak Rajish, salah satu karyawan MD dari India bagian make up artis banyak membantu kami. Setidaknya membantu kami berkomunikasi. Ternyata, dibalik semua itu ada yang tidak jujur, memanfaatkan situasi ini untuk mengambil keuntungan. Aku marah, tetapi aku tahu itu tidak ada gunanya. Akibat dari kesalahpahaman ini kami kehilangan waktu dan tenaga yang seharusnya bisa dimanfaatkan buat Shooting. Kami cuma bisa pasrah …
Jam 8 malam, tepat 30 jam perjalanan dari Bombay, kami masuk Hotel. Alhamdulillah, akhirnya kami bisa merebahkan diri di tempat yang layak. Diatas tempat tidur aku melepaskan pikiran. Sepanjang hidupku, tidak pernah aku membayangkan melintasi negeri Gujarat naik bis. Tanpa asuransi, tanpa perlindungan apapun. Untung tidak ada teroris menghadang kami. Sungguh, aku sudah tidak kuat. Aku ingin lari saja dari produksi. Toh, tidak ada jaminan apapun buatku untuk menyelesaikan film ini? Uang? Demi Alloh, gajiku tidak sebanding dengan persoalan yang aku hadapi. Kalau orang mengira aku melakukan ini semua demi uang? Demi jualan? Kehormatan? Wallohi, orang itu benar-benar picik. Tidak ada keuntungan materi yang aku dapat di film ini. Semata-mata hanya idealismeku saja yang berharap Film Indonesia tidak hanya diisi oleh Horor dan percintaan remaja Kota. Tapi apa itu idealisme? Apakah Kang Abik dan jutaan pembaca AAC mengerti soal idealisme ini? Apa yang mereka bisa berikan buat mengganti segudang persoalan kami disini? Mereka tidak lebih dari sekedar penonton yang menuntut hiburan atau membanding-bandingkan Film dengan Novelnya. Lantas jika tidak sama dengan Novelnya terus mencaci maki, menganggap bodoh dan kafir sutradara yang membuat. Karena hal-hal islami dalam Novel tidak tampak, tidak terasa.
Lagi-lagi dadaku sesak. Tapi aku tidak bisa lari. Aku sudah berjanji kepada diriku, anakku dan ibuku untuk memberikan yang terbaik.
'Kalau kamu sudah bisa membuat film. Buatlah film tentang agamamu.' Kata ibuku yang terus menerus terngiang.
Pagi harinya aku mulai shooting. Dan persoalan seperti tidak selesai. Dari mulai peralatan yang kami pakai sudah ditinggalkan industri India 5 tahun yang lalu alias butut: Lampu-lampu yang fliker (menghasilkan cahaya kelap-kelip seperti neon yang habis watt nya), Kamera tua yang ketika dipakai mengeluarkan bunyi berisik, generator kami yang lebih layak dipakai buat menyalakan mesin pemarut kelapa dibanding buat shooting. Lalu kru-kru India yang disediakan untuk membantu kami bukan kru profesional. Di bagian akomodasi makanan kami selalu datang telat sehingga banyak yang protes. Tidak hanya kru Jakarta saja yang protes, kru India juga begitu. Suatu kali pernah mereka mogok kerja tidak shooting karena hanya di kasih makan sekali sehari. Padahal shooting sampai jam 12 malam. Di lokasi gurun, kami harus mendaki gunung pasir dengan jalan kaki sebelum menuju lokasi utama. Kami menggunakan Unta buat mengangkat Kamera dan perlengkapannya. Kaki-kaki kami sakit tertusuk tanaman duri. Bibir kami banyak yang pecah karena panas matahari. Sebelum mencapai tempat lokasi, kami istirahat mirip kafilah-kafilah yang kehausan ditengah sahara.
Tapi dari semua kesulitan itu, Alhamdulillah aku bisa menyelesaikannya dengan baik. Lokasi yang aku dapatkan luar biasa. Kecuali lokasi Gurun, lokasi Nil, Taman, Rumah Sakit berada di satu hotel peninggalan Kasultanan Pakistan. Lokasi gurun Pasir kami tempuh 4 jam perjalanan dari Jodhpur. Melelahkan tapi juga menyenangkan.
3 hari kami melakukan shooting dan 2 hari sisanya adalah perjalanan. Di hari ketiga, rombongan kembali ke Jakarta. Aku bersama 20 cann film hasil shooting di Jodhpur terbang menuju Madras untuk editing dan processing lab. Sastha Sunu, editor Ayat-Ayat Cinta sudah menungguku disana. Sampai tulisan ini dikirim, aku masih menyelesaikan proses film Ayat-Ayat Cinta yang semakin lama semakin rumit secara teknis. Sehingga mengakibatkan jadwal Tayang Ayat-Ayat Cinta mundur di bulan Januari. Aku tidak berani menjelaskan kerumitan itu, karena sifatnya technical sekali. Pendeknya, produksi Ayat-Ayat Cinta adalah produksi yang penuh dengan cobaan dibandingkan 6 filmku sebelumnya.

Semoga Cobaan ini membuktikan Cinta Alloh masih bersama Kami semua …

e diel, 3 shkurt 2008

Ketika Cinta Bertasbih


Berbeda dengan Ayat-ayat cinta (Novel Kang Abik sebelumnya, yang amat sangat Fenomenal). Diceritakan seorang Azzam yang merupakan salah satu mahasiswa di Universitas Al-Azhar,Cairo,Mesir. Yang mana merupakan Universitas tertua di Dunia. Dia adalah seorang pekerja keras karena harus menghidupi keluarganya, yang telah ditinggal wafat sang Ayah, saat dia sedang menempuh tahun pertamanya di Cairo.Dia sendiri selama 9 tahun membiayai keluarganya yang tinggal di Indonesia dengan berjualan bakso dan tempe. Benar2 cerminan seorang anak yang berbakti.dan selama 9 tahun itu dia sebetulnya hanya harus menyelesaikan 1 mata kuliah agar lulus dai Cairo. Tapi dia berpikir untuk terus berjualan dan menunda kelulusannya, karena apabila seorang mahasiswa telah lulus maka perpanjangan Visa-nya harus membayar sejumlah nominal tertentu, yang pasti tidak sedikit. Maka dari itulah Azzam menunda kelulusannya agar ia memperoleh ijin tinggal di Cairo secara gratis.Novel ini terbagi menjadi 2 jilid. Tetapi dengan dibuat menjadi 2 jilid, tidak mengurangi kualitas cerita. Pembaca malah dhantui rasa penasaran apabila belum membaca jilid yang ke-2. Novel ini termasuk novel pembangun jiwa, karena kebanyakan orang... setelah memebaca novel ini pastilah jiwanya bergetar dan menginginkan untuk selalu dekat dengan sang Pencipta. Saya sendiri termasuk beruntung menjadi salah satu pembaca novel ini, karena secara tidak langsung, Kang Abik telah memberi suatu ajakan untuk selalu mengharap ridho dan hanya selalu meminta bantuan kepada ALLAH SWT. untuk ini saya berterima kasih kepada ALLAH yang telah memberi kang Abik ide yang begitu cemerlang.

Ayat-ayat Cinta (AAC)


Wow..... satu kata yang bisa aku ucapkan setelah membaca novel yang tebalnya hampir setebal buku kuliahku, bayangin aja 400 halaman lebih aku lahap dalam waktu 3jam. Dan memang wow... wow karena terasa begitu cepat, danWow karena memang novelnya bagus banget. Membaca Ayat Ayat Cinta ini membuat angan kita melayang-layang ke negeri seribu menara dan merasakan 'pelangi' akhlak yang menghiasi pesona-pesonanya. Sungguh sebuah cerita yang layak dibaca dan disosialisasikan pada para pemburu bacaan popular yang sudah tidak mengindahkan akhlak sebagai menu utamanya, agar dunia bacaan kita terhiasi karya-karya yang 'membangun'Pesannya tersirat jelas... banget. Maka ga heran kalo sampai sekarang novel ini masih dicetak dan telah sampai pada cetakan ke-10 (Info terakhir yang didapat). Memang bener2 keren cerita novel ini. Novel yang ditulis oleh salah satu lulusan universitas yang menjadi bagian dari novel ini, Al-Azhar,Cairo,Mesir (Salah satu Perguruan tinggi tertua di Dunia) memang apik banget... ceritanya Runtut dan disajikan dengan sudut pandang dari seorang Fahri, yang merupakan tokoh dan inti cerita tersebut. kang Abik (panggilan Habiburachman Al-Shirazy) memang cerdas menyajikan cerita nnnovel tersebuat, beliau memasukkan unsur Politik,Budaya,Sastra,Geografis yang lengkap. Sehingga para pembaca dibuat melayang dan seakan-akan melihat isi kota Cairo yang penuh dengan bangunan kuno yang megah, juga pembaca dimanjakan dengan inajinasi yang menggambarkan keindahan Alexandria dan beberapa daerah di pinggiran sungai Nil.

e premte, 1 shkurt 2008

Uji Nyali.... (Paling Vandals)

yah.... hari pun berganti and terus berganti, niat nge-bomb(istilah paling mentereng buat kegiatan graffiti) pun emakin menggebu. dan akhirnya pun kita semua sepakat buat nege-bom lagi.karena, kalo sebulan aja tidak mendengar bunyi hembusan pylox, dan tidak ternodai dengan cat-cat semprot. Hati ini rasanya tidak nyaman (Sok banget ya gue?...)....
Yah.... akhirnya kamipun mencari spot yang paling strategis and paling mudah dilihat oleh orang-orang yang berlalu-lalang.Wow, ini adalah nge-bomb paling Vandal yang pernah aku lakuin, Oiya,,,, sehubungan dengan pulangnya temenku yang dari jakarta maka kita nglakuin kegiatan ini, termasuk salah satu perayaan gtu lah. Spot pun disurvery, dan spot telah ditentukan tepatnya berada di Jl Cokroaminoto. Dan wow... memang spot yang bagus menurutku, Tetapi ramai sekali keadaan spot itu. apalagi ditambah didepan spot tersebut terdapat hotel yang otomatis selalu buka 24 jam. dan otomatis lagi selalu bisa ngliat kegiatan dan aktivitas kita. Wah... persiapan dah dilaksanakan dengan mantep. Tetapi saat sampai pada spot tersebut ada seperti perasaan ragu, seperti bilang "Wah, mending mundur ajalah....." tetapi temen2 yang laen berhasil ngeyakinin aku.... "Kecekel yo.. kecekel bareng2!!!" Oke!!!!.... akupun langsung berani... begitu keadaan dirasa dah sepi, hanya 1,2 motor yang lewat. Aksi pun tak terbendung lagi, begitu memarkir motor... setiap anak langsung menyiapkan perbekalan mereka masing2. Tetapi pada aktivitas yang satu ini, kita mengawalinya dengan berdoa. mohon sama Tuhan, supaya meridhoi kegiatan yang berhubungan dengan aerosol ini. dan....... Ssst,,, SStt... bunyi semprotan pertama pun terdengar. Diikuti dengan beberapa semprotan laennya. Suasana pun menjadi cair, setelah tadi diawal dimulai dengan ketegangan, karena berfikir "ini aman atau tidak" toh pada akhirnya jiwa vandalisme kami menguatkan niat kami. Dan wow...... senang banget nge-bayangin besok pagi bakalan terpampang gambar baru... dan salah satu gambar itu adalah gambarku. Setiap orang yang melihat pasti memikirkan siapa nick itu?... gambar siapa itu?....
Pokoknya aku menggambar dengan disertai perasaan bangga. Teatapi pada saat asyik mengagambar... dateng beberapa orang yang berjaket kulit dan memebawa pentungan. "Wow... apa ini?" apalagi saat mereka hendak menghampiri kami, mereka memukul-mukulkan terlebih dahulu pentungan mereka. langsung saja kami merasa kaget, apakah satpol pp yang sedang undercover. atau orang2 kampung yang tidak suka dengan aktivitas kami. Mereka pun mulai mendekat dan... Ternyata mereka adalah orang2 yang sedang melakukan ronda keliling. Mereka malah bilang "Teruskan saja Dik", "Nyante wae"..... wah... bener2 lega, untunglah masyarakat jogja tidak semua memandang graffiti adalah art crimes, mereka memandang graffiti sebagai seni yang menghibur dan meramaikan serta memperindah kota. Setelah itu mereka pergi. Kamipun juga mempercepat pekerjaan kami. Takut ada hala yang lebih parah dari orang2 ronda.
Oke.... gambar pun selesai. dan.... setelah gambar selesai, kamipun tagging(tanda tangan)untuk meninggalkan identitas atau nick kami. Yah... memang itu seprti sudah menjadi suatu kewajiban, agar orang tahu siapa yang membuat gambar itu. Dan tagging pun disembarang tempat, bahkan ada yang tagging di papan promosi bengkel yang kami gambar.wow... Vandals abis...... sebelum cabut.. seperti biasa kami mengambil gambar dulu. Dan,,,,, FAT (Far Away Team) pun telah menyelesaikan gambaran kali ini. Oiya FAT adalah nama team ku. yah.... team ini berasal dari anak2 yang hobi dengan art crimes yang satu ini. Viva La Fat!!!!...........
Dan inilah beberapa gambar yang pada malam itu kami buat.. hehhehe... gimana?.. lumayan vandal kan?..
untungnya pada

Aku pun suka dunia ini... (Art Crimes)

Wow, setelah pengalaman pertama nge-gambar bareng temen2. aku pun punya hobi baru. yup... graffiti. itulah hobi baruku. walaupun menguras kantong buat beli ini itu, tapi tetep aja kepuasan setelah menggambar pun tak tergantikan. Spot Kedua pun telah didapatkan. Oiya, jadi sebelum kita nggmbar.. biasanya beberapa anak mencari lokasi spot yang enak dan luas buat digambar. nah... spot ini terletak di gedong kuning. Tepatnya sebelah selatan PLN Gedongkuning. Disitu adalah bekas bangunan yang udah parah keadaannya, tapi tetep aja temboknya masih bagus.Begitu sampe di-spot langsung aja temen2 mengeluarkan cat dan rol untuk nge-blok tembok, agar backgroundnya sama. Setelah menunggu kering. Langsung aja kita semua nyamber pilox masing-masing. Dan graffiti show pun dimulai, banyak masyarakat yang ngeliat tingkah kita yang dengan pede-nya coret2 tembok. Tapi mereka tidak melarang karena tembok itu termasuk legal buat dicoret-coret. Show pun berjalan lancar, tanpa hambatan. Tapi tidak bagiku. karena secara jam terbang aku masih termasuk newbie, maka dalam hal pemasangan caps pun aku banyak mengalami kendala, akhirnya aku pun memutuskan untuk menye-ketch gambarku terlebih dahulu di tembok, aga r hasilnya tidak terlalu berantakan, karena jujur aja aku saat itu masih belum mahir menggunakan pilox. Setelah nye-ketch pun aku masih mengalami masalah, ternyata media yang aku gunain terlalu sempit. Jadi gambar pertamaku musti diganti karena tentu tidak cukup tempatnya. Akhirnya tanpa persiapan gambar aku ngebuat gambar yang sama sekali baru. Wow.... tapi tak apapalah. Akhirnya gambarkupun selesai, walaupun agak tidak puaas dengan hasil gambaranku sendiri, tetapi its okey... akhirnya aku pun mulai coret-coret lagi tembbok yang masih bersih. sambil nungguin temen2 yang belum selesai nge-gambar. Sambil sesekali ngeliat hasil karya yang laen. Perasaan jadi mirip lomba nge-gambar tingkat SMP deh?...
Saat tengah-tengah nungguin proses finishing yang laen. Tiba-tiba lewat satu kompi brimob yang penuh banget. Wow otomatis jantung langsung deg-deg ser, apalagi mereka sempat ngeliat aktivitas kita2 saat nge-gambar. wah perasaan carut marut. Tapi untungnya mereka ga ngapa2in cuma numpang lewat doank, lega deh.... Setlah semua beres, maka kita langsung mengambil foto, wah kaya anak kecil deh, norak2 gtu deh.. hahahhaha.. tapi ya karena perasaan seneng karena abis nggambar seh. Dan.. Finally gambar pun selesai.

Graffiti Pertama

Wow.... mendengar kata Garffiti dah ga asing banget buat aku yang dulu masih duduk di bangku SMU kelas 2. Pertama kali ngliat graffiti rasanya terkesima banget.. apalagi ketika tahu bahwa pembuatan suatu gambar adalah dengan cat semprot (pylox). wah dari situ aku mulai nggambar2 di kertas ngebayangin seandainya kertas itu adalah tembok.
Tapi dari situlah aku berkeinginan banget suatu hari nanti bisa bikin graffiti, tentu aja yang bagus. Dan setelah beberapa tahun ga terobsesi lagi dengan graffiti, pada akhirnya setelah menginjak semester2, gue pun mulai berminat lagi, dimulai dari situs pertemanan yang ngenalin aku pada dunia yang seing disebut dengan Vandalisme ato Art Crimes, Suatu seni yang mengarah ke tindakan kriminal. Tetapi walau kebanyakan para bomber berhadapan dengan hukum ato paling pol.. satpol pp, aku malah merasa itu kaya jadi tantangan, akhirnya aku pun diajak temanku yang aku kenal lewat dunia maya juga, untuk nggambar, wow.... bener2 rasanya gmana gtu...
And supaya ga kaku banget, beberapa hari sebelum gambar aku sempetin beli pylox buat coba2 gambar dijalanan. and inilah gambar gue....
Bener-bener menggelikan bukan?... Bentuk kaya Sosis. Tetapi pengalaman pertama nge-gambar itu bener2 campur aduk. Secara aku baru pertama kali berurusan ama pylox seumur hidupku, jadi selama ini aku ga pernah yang namanya maen2 ama pylox. menggelikan... itulah tiap kali aku lewat tembok yang aku gambar ini. Inget tiap detil proses gambarnya. dimana setiap ada motor yang lewat, aku pura-pura kencing, wah pokoknya takut benget.... terus gambarnya juga terburu-buru, takut ada orang yang liat and dilaporin ke Polsek terdekat. Karena dideket tembok yang aku gambar ini, sekitar 500 meter dari situ ada Polsek. Wah kalo ketangkep bisa runyam urusannya, apalagi kalo sampai dipenjara. itu pikiran saat gambar.
Tetapi setelah ngobrol ama temenku yang dah senior jadi bomber, Hukuman buat coret2 dinding ternyata ga terlalu parah. mungkin hanya disuruh nge-cat ulang, ato dipenjara 1 hari. Dari situlah aku mulai tambah berani, karena kalo ketangkep hanya disuruh nge-cat. hahhahaha...... Dan Akhirnya,aku muali berlatih bikin sketch yang bagus. Dan akhirnya hari dimana aku gambar bareng temenku pun tiba. ternyata dia(temenku) ngajak temen2 yang laen, wah dan yang diajak pun jam terbangnya dah lebih dari 2tahun, jadi so pasti gambaran mereka keren2. tapi gpplah ga ada kata malu... jadi ya aku ikut gambar jugga akhirnya. Dan saat disanalah aku bingung, mau gambar apaan neh... karena setiap bomber harus memeiliki nick name atau nama samaran. Dan nama samaran temen2ku terdengar bagus. jadi aku mulai berpikir......"Apa yang cocok ya?". Aku jadi inget kenakalan Bart pada serial The Simpsons. Dan kayana itu nyerminin aku banget, jadi aku pilih deh nick itu. Dan Gambar pun akhirnya jadi. Rasa puas setelah gambar pun rasanya ga terbayangkan. perasaan takut saat gambar, digantikan dengan rasa puas yang bercampur2. inilah yang membuat para bomber sakaw dengan kegiatan art crimes ini. aku pun mulai merasa seperti itu, bener2 nikmat rasanya. Akhirnya setelah selesai menggambar aku dan para crew segera menghampiris salah satu warung non-stop, karena saat gambar selesai jam menunjukkan pukul 2 malam. Jadi rasa lapar pun tak tertahankan. Di warung itu pun aku mulai akrab dengan teman2 baruku dan rasa canggung pun seakan menguap. bener2 pengalaman yang keren.